Penyesalan Mendalam Radja Nainggolan Hati Berdarah Batak, Ungkap Terdalam Tak Pernah Bela Timnas Indonesia
Global Sports – Mantan bintang AS Roma dan Inter Milan, Radja Nainggolan, kembali menggegerkan jagat sepak bola dengan pengakuan yang menyentuh hati.
Gelandang berdarah Batak ini secara terbuka menyatakan penyesalan yang mendalam karena tidak pernah memilih membela Timnas Indonesia, negara asal ayahnya.
Pengakuan jujur ini bahkan sampai menarik perhatian media Vietnam, TheThao247.vn, yang menggambarkan betapa Nainggolan merasa akan mendapatkan "lebih banyak cinta dan rasa hormat" jika sejak awal berseragam Merah Putih.
Dalam beberapa kesempatan wawancara, termasuk yang terbaru bersama Het Belang van Limburg dan perbincangan dengan Junior Vertongen, Nainggolan yang kini berusia 37 tahun dan bermain untuk KSC Lokeren, semakin mengungkapkan kegundahan hatinya.
“Sekarang saya mengatakan setiap hari, saya lebih suka bermain untuk Indonesia,” ungkap Nainggolan.
"Bukan karena saya tidak menyukai Belgia, karena saya telah melalui semua jenjang pemuda di Belgia.Tetapi karena rasa hormat yang saya dapatkan dari orang-orang di sana."
Pemain yang memiliki nama belakang khas Batak dari Medan ini mengakui bahwa ia selalu merasa diterima dan dihargai secara luar biasa oleh penggemar Indonesia, baik saat berkunjung maupun ketika ia sempat bermain singkat untuk Bhayangkara FC pada musim 2023–2024.
Perlakuan hangat ini sangat berkesan, jauh berbeda dari yang ia rasakan di tanah kelahirannya, Belgia.
Media Vietnam, TheThao247, dalam laporannya menyebut bahwa pengakuan Nainggolan ini adalah hal yang menarik, di mana sang mantan gelandang percaya ia akan menerima penghormatan yang lebih besar di Asia.
Saat ditanya apakah ia akan memilih Indonesia jika diberi kesempatan, Nainggolan tanpa ragu menjawab, "Tentu saja. Jika kita berbicara tentang rasa hormat yang saya terima di Indonesia, jawabannya adalah Indonesia, 100%."
Ia mencontohkan bagaimana para pemain naturalisasi seperti Sandy Walsh atau Ragnar Oratmangoen sangat dihormati di Indonesia meskipun dianggap sebagai "pemain biasa" di Eropa.
Menurutnya, untuk mendapatkan rasa hormat sebesar itu, seorang pemain rela berkorban.
Meskipun karier Nainggolan di Eropa terbilang sukses, termasuk tampil di EURO 2016 bersama Belgia, dan menjadi pilar utama AS Roma dengan lebih dari 200 penampilan, ia merasa kurang dihargai oleh publik sepak bola Belgia, meskipun mencatatkan 30 caps dan 6 gol.
Di penghujung karier, Nainggolan seolah menemukan arti kecintaan sejati itu di Asia, di mana Indonesia memberikannya "rasa hormat yang tak tertandingi."
Pengakuan Radja Nainggolan ini bukan sekadar penyesalan pribadi, melainkan refleksi tentang nilai sebuah pengakuan dan penghormatan dalam sepak bola.
Di satu sisi, ia berhasil mencapai puncak karier di Eropa, tetapi di sisi lain, ia merindukan koneksi emosional yang hanya bisa ia dapatkan dari negara leluhurnya.
Kisah ini menjadi pengingat bagi publik sepak bola Indonesia bahwa dukungan dan rasa hormat yang diberikan suporter memiliki arti yang sangat mendalam bagi para pemain yang memiliki ikatan darah dengan Tanah Air.*
Posting Komentar