Trivia Usia Iga Swiatek dan Kejutan Anisimova di Antara 8 Petenis Putri Terbaik Di WTA Finals Riyadh
Delapan petenis putri terbaik dunia siap bersaing di WTA Finals Riyadh. Siapa saja mereka dan kejutan apa yang menanti di turnamen bergengsi ini?
| Iga Swiatek berhasil melaju ke perempat final US Open dengan performa dominan, bahkan meminta waktu latihan |
Delapan petenis putri terbaik dunia telah memastikan tempat mereka untuk berlaga di WTA Finals Riyadh. Turnamen bergengsi ini akan mempertemukan para atlet elit yang berhasil menempati peringkat delapan teratas dunia pada akhir musim 2025.
Ajang puncak tenis putri ini dijadwalkan mulai berlangsung pada hari Sabtu, 01 November, di Riyadh. Para petenis yang akan memperebutkan gelar juara adalah Aryna Sabalenka, Iga Swiatek, Coco Gauff, Amanda Anisimova, Jessica Pegula, Elena Rybakina, Madison Keys, dan Jasmine Paolini.
Kehadiran mereka di WTA Finals Riyadh menjanjikan persaingan ketat dan pertandingan berkualitas tinggi. Setiap petenis membawa rekam jejak dan ambisi besar untuk menutup musim dengan kemenangan di turnamen paling eksklusif ini.
Dominasi dan Trivia Usia Iga Swiatek di WTA Finals Riyadh
Iga Swiatek kembali menjadi sorotan di WTA Finals Riyadh. Ia berhasil mencatatkan rekor sebagai petenis tunggal termuda yang lolos ke ajang ini sebanyak lima kali berturut-turut, sebuah prestasi yang terakhir kali diukir oleh Victoria Azarenka dua belas tahun lalu.
Meskipun telah meraih berbagai kesuksesan, termasuk enam gelar Grand Slam, Swiatek mengaku sering lupa usianya yang masih 24 tahun. "Bahkan saya pun lupa," kata Swiatek sambil tersenyum, dalam laman WTA, Sabtu. "Kadang saya merasa seperti sudah berusia 40 tahun." Pernyataan ini menunjukkan betapa padatnya jadwal dan intensitas persaingan di tur tenis profesional.
Swiatek telah memenangi lebih dari 60 pertandingan selama empat tahun berturut-turut, sebuah pencapaian langka yang terakhir kali dilakukan oleh Martina Hingis dan Lindsay Davenport pada tahun 2001, tahun kelahirannya. Juara Wimbledon ini akan memulai perjalanannya di WTA Finals Riyadh dengan menghadapi juara Australian Open, Madison Keys, dalam pertandingan pertama sektor tunggal.
Ia berambisi mengulang kesuksesannya di WTA Finals 2023 di Cancun. "Saya masih muda, jadi masih banyak yang harus diubah dan ditingkatkan dalam permainan saya," ujar Swiatek, menunjukkan semangatnya untuk terus berkembang.
Kejutan dari Wajah Baru: Anisimova dan Paolini di WTA Finals Riyadh
WTA Finals Riyadh juga menghadirkan beberapa kejutan, salah satunya adalah Jasmine Paolini. Ia menjadi satu-satunya petenis yang akan berkompetisi di sektor tunggal dan ganda, meskipun kondisi fisiknya kurang fit dan dokter menyarankannya beristirahat sebelum pertandingan ganda.
Amanda Anisimova menjadi kisah sukses lain yang mengejutkan banyak pihak, termasuk dirinya sendiri. Menjelang turnamen Doha pada Februari, Anisimova berada di peringkat 41 dunia. Namun, ia berhasil memenangi gelar WTA 1000 pertamanya, yang melambungkan peringkatnya ke posisi 18.
Setelah mencapai final turnamen Grand Slam di Wimbledon dan US Open, serta menjuarai turnamen WTA 1000 lainnya di Beijing, Anisimova kini berada di peringkat tertinggi dalam kariernya, yaitu No. 4. Ia adalah satu-satunya petenis tunggal dalam WTA Finals Riyadh yang berasal dari luar 20 besar di awal tahun ini.
Petenis berusia 24 tahun itu mengungkapkan, "Saya bilang 10 besar masih jauh dari jangkauan. Persaingannya sangat ketat dari minggu ke minggu. Anda harus berada dalam kondisi terbaik secara fisik dan mental untuk bisa melaju jauh." Ia menambahkan, "Saya rasa hanya dengan menikmati prosesnya saja saya sudah sampai sejauh ini. Jika Anda memberi tahu saya setahun yang lalu bahwa saya akan duduk di sini, rasanya akan agak sulit dipercaya."
Musim Kompetitif: Empat Juara Grand Slam Berbeda
Musim tenis putri tahun ini menunjukkan tingkat kompetisi yang sangat tinggi, terbukti dengan adanya empat juara Grand Slam yang berbeda. Madison Keys menjuarai Australian Open, Coco Gauff meraih French Open, Iga Swiatek memenangkan Wimbledon, dan Aryna Sabalenka berjaya di US Open.
Coco Gauff menyoroti hal ini, "Saya rasa sungguh luar biasa memiliki empat juara yang berbeda. Semua petenis putri telah menjalani tahun yang kompetitif sepanjang tahun. Saya rasa olahraga ini menjadi lebih menarik ketika banyak peluang terjadi." Ia juga membandingkan dengan tenis putra, "Saya kira lebih baik memiliki juara yang berbeda daripada dua juara yang sama."
Sabalenka, meskipun harus melalui "pelajaran berat" saat kalah di final dua Grand Slam pertama musim ini, berhasil bangkit dan menjuarai US Open. "Pada akhirnya, saya pikir itu adalah pelajaran yang sangat dibutuhkan," kata Sabalenka.
Petenis No. 1 dunia itu menambahkan, "Saya harus belajar bagaimana mengendalikan diri dengan lebih baik lagi. Meskipun saya banyak berkembang, masih belum cukup baik. Saya pikir di final-final besar itu, satu hal yang hilang adalah emosi saya." Pengalaman ini membentuknya menjadi petenis yang lebih kuat, "Setelah memenangi US Open, saya sebenarnya cukup bersyukur atas pelajaran-pelajaran itu," ujar petenis berusia 27 tahun itu.
Posting Komentar